• Facebook
  • Twitter
  • Google +
  • RSS
  • LinkedIn
  • Youtube
Bukan Fotografer

Saya bukanlah seorang fotografer, tapi saya suga dunia foto. Bukan berarti saya ahli dibidangnya, sekedar menikmati indahnya dunia lewat warna lensa.

Saya Pramuka

Bersama beberapa rekan Dewan Kerja Daerah Kalimantan Selatan.

Depan FH UI

Bersama rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat, ketika berkunjung ke kampus Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Bersama BEM FH Unlam

Bersama memang indah, begitulah pepatah berkata. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat merupakan sebuah organisasi yang luar biasa yang pernah saya geluti, dan penghargaan tertinggi pula sebagai Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi pernah saya emban.

Bersama DKD Se-Indonesia

Latihan Pengembangan Kepemimpinan Tingkat Nasional tahun 2011 bagi saya adalah satu kegiatan yang sangat berkesan, sebuah kegiatan yang tidak pernah saya lupakan. Banyak hal unik dan baru yang saya temukan. Luar biasa.

Diposting oleh riemogerz 0 komen

Tentu rekan-rekan sering mengikuti upacara adat wasaka atau upacara adat serupa. Biasanya dilakukan sebelum upacara pembukaan atau penutupan sebuah kegiatan, misalnya raimuna, lpk, kpdk, dll yang bersifat kegiatan kepenegakan atau kepandegaan. Dalam setiap upacara adat tentu sering melihat kayu adat yang digunakan untuk meresmikan upacara adat.

Nah, kebetulan saya mendapatkan beberapa filosofi yang dapat dijadilan alasan, kenapa kayu adat yang digunakan dalam upacara adat itu hanya memiliki dua cabang ?

Pada dasarnya memang hanya untuk sandaran pusaka adat (seperti golok, kapak, parang, dll) atau sebagai tempat menaruh pakaian adat (laung, kerudung, sarung, dll) yang digunakan untuk melaksanakan upacara adat. Namun disamping itu semua ternyata ada sebuah filosofi yang dapat diambl dari dua cabang kayu tersebut. Biasanya cabang yang pertama adalah cabang yang tegak lurus dengan diameter yang lebih besar dari pada yang satunya. Em... Ada yang tau makna yang tersirat didalamnya ? Yang saya maksud tentu bukan semacam serat kayu, ulat pohon, dll, melainkan sebuah filosofi yang positif yang dapat dijadikan landasan tentunya.

Kayu adat yang bercabang dua tersebut mengkiaskan kehidupan seorang pramuka yang diharapkan dikemudian harinya dapat mendarma baktikan dirinya terhadap masyarakat (kayu dengan diameter lebih besar) serta mendarma baktikan dirinya terhadap Gerakan Pramuka (kayu dengan diameter lebih kecil). Dalam hal ini seorang pramuka dituntut untuk bisa menyelaraskan kedua hal tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

Demikian sebuah catatan kecil yang mudah-mudahan dapat berarti untuk rekan-rekan sekalian. Semoga bermanfaat. Salam Blogger & Salam Pramuka...
[ Baca Selanjutnya... ]