• Facebook
  • Twitter
  • Google +
  • RSS
  • LinkedIn
  • Youtube
Bukan Fotografer

Saya bukanlah seorang fotografer, tapi saya suga dunia foto. Bukan berarti saya ahli dibidangnya, sekedar menikmati indahnya dunia lewat warna lensa.

Saya Pramuka

Bersama beberapa rekan Dewan Kerja Daerah Kalimantan Selatan.

Depan FH UI

Bersama rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat, ketika berkunjung ke kampus Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Bersama BEM FH Unlam

Bersama memang indah, begitulah pepatah berkata. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat merupakan sebuah organisasi yang luar biasa yang pernah saya geluti, dan penghargaan tertinggi pula sebagai Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi pernah saya emban.

Bersama DKD Se-Indonesia

Latihan Pengembangan Kepemimpinan Tingkat Nasional tahun 2011 bagi saya adalah satu kegiatan yang sangat berkesan, sebuah kegiatan yang tidak pernah saya lupakan. Banyak hal unik dan baru yang saya temukan. Luar biasa.

Diposting oleh riemogerz 0 komen

Salam Pramuka

Menurut saya memang masih banyak yang belum menggunakan dengan sebaik-baiknya administrasi di gugusdepan. Entah apa mungkin tidak tahu atau tidak mengerti. Nah… untuk dapat membantu rekan-rekan yang ingin mengetahui administrasi di gugusdepan, artikel ini dapat dijadikan salah satu pedoman. Selamat mencoba. Terimakasih.

DATA KEANGGOTAAN GUGUSDEPAN
SAMPAI DENGAN TANGGAL ... ………………… ………
NO GUDEP: ………… KWARRAN …………KWARCAB …………
ALAMAT : …………………………………………NO. TELP. : …………

I. PESERTA DIDIK

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)








II. PEMBINA PRAMUKA

1)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)









III. MAJELIS PEMBIMBING GUGUSDEPAN
1)
8)
9)
15)
16)
14)







IV. REKAPITULASI DATA ANGGOTA
1
Peserta Didik :
Siaga
: … org



Penggalag
: … org



Penegak
: … org



Pandega
: … org



JUMLAH
: … org

2
Pembina :
Pa : … org
Pi : … org
= … org
3
Ang. Mabigus :
Pa : … org
Pi : … org
= … org



JUMLAH
= … org

V. KEGIATAN
A. Latihan Satuan
1)
17)
18)
19)
20)






B. Keikutsertaan Anggota Gudep pada Kegiatan Saka dan Dewan Kerja
1)
21)
22)
23)
24)
25)
26)
27)
28)
29)
30)
31)
32)
33)















IV. DUKUNGAN SARANA DAN PRASARANA
1)
34)
35)
14)





....................., ... .................... ........
Mengetahui,
Mabigus Pembina Gudep
Ketua


(..................................) (..................................)

Catatan :
1) Nomor
2) Golongan
3) Syarat Kecakapan Umum
4) Syarat Kecakapan Khusus
5) Pramuka Garuda
6) Pramuka Teladan
7) Keterangan
8) Nama Lengkap
9) Jenis Kelamin
10) Tempat dan Tanggal Lahir
11) Tugas Kepramukaan
12) Pendidikan Kepamukaan
13) Pendidikan Umum
14) Keterangan
15) Jabatan di Mabigus
16) Jabatan di luar Gerakan Pramuka
17) Latihan
18) Hari
19) Jam
20) Tempat
21) Golongan
22) Saka Bahari
23) Saka Bakti Husada
24) Saka Bhayangkara
25) Saka Dirgantara
26) Saka Kencana
27) Saka Tarunabumi
28) Saka Wanabakti
29) Saka Wira Kartika
30) DKR
31) DKC
32) DKD
33) DKN
34) Sarana
35) Satuan

Format Data Keanggotaan Gugusdepan : Download

Salam pramuka

Sumber :
- KepKwarnas No. 044 Tahun 1998
[ Baca Selanjutnya... ]

Diposting oleh riemogerz 0 komen

Salam Pramuka

Untuk kesembilan kalinya Kwartir Nasional menyelenggarakan Raimuna Nasional, suatu kegiatan perkemahan semacam jamboree (penggalang) namun untuk Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega. Acara Raimuna tingkat Nasional terakhir diselenggarakan di Bumi Perkemahan (buper) Pramuka Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur dari tanggal 27 Juni sampai dengan 7 Juli 2008.
Kegiatan tersebut diikuti sekitar 11.000 orang peserta dari seluruh Indonesia. Termasuk perwakilan dari sejumal Gugusdepan yang berpangkalan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di beberapa Negara di Asia Tenggara. Ditambah lagi hadirnya kontingen dari Persekutuan Pengakap Malaysia, yang menjadikan Rimuna Nasional waktu itu semakin meriah.
Raimuna Nasional IX itu dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, selaku Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka dan Pramuka Utama Indonesia. Dalam acara pembukaan, tampil pula tarian Raimuna yang dibawakan oleh para pramuka dari Kwartir Daerah Papua.
Kegiatan Raimuna Nasional memang erat dengan Papua atau yang dulu lebih dikenal dengan nama Irian Jaya. Dari sejarahnya, pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega itu awalnya diberi nama Pertemuan Pramuka Pengak Pandega Puteri Putera (PERPPANITERA). Untuk pertama kalinya, Perppanitera diadakan di Cimanggis, Jawa Barat pada tanggal 21 – 26 Agustus 1969. Dan tiga tahun kemudian, Perppanitera II diadakan di Bedugul, Bali pada tanggal 14-23 Agustus 1972.
Pada saat itu, selain kegiatan Perppanitera untuk Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega juga ada sejumlah kegiatan sejenis lainnya. Maka akhirnya, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka memutuskan untuk menyatukan dalam satu bentuk perkemahan yang diberi nama Raimuna. Kata raimuna sendiri berasal dari bahasa ambai yang digunakan oleh penduduk di yapen timur kab. Yapen waropen prov. Papua. Kata raimuna merupakan gabungan dari dua kata rai dan muna. Rai memiliki arti sekelompok orang atau bisa juga diartikan sekelompok kepala suku, yang berkumpul untuk mencapai tujuan tertentu yang ditetapkan bersama. Sedangkan muna adalah daya kekuatan yang berpengaruh baik dalam mencapai kesuksesan. Secara singkat bisa diartikan, raimuna adalah sekelompok orang yang berkumpul bersama dengan daya kekuatan yang berpengaruh baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Maka, meneruskan tradisi Perppanitera, kegiatan selanjutnya diberi nama Raimuna Nasional III dan diselenggarakan di Karangkates, Malang, Jawa Timur pada tanggal 14 – 29 September 1978. Sejak Raimuna Nasional III itulah tarian Raimuna selalu mengiringi bagian pendahuluan upacara pembukaan perkemahan bagi Pramuka Penagak dan Pandega itu. Setelah dari Malang, empat pelaksanaan Raimuna Nasional berikutnya diadakan di Bumi Perkemahan Wiladatika Cibubur, Jakarta. Raimuna Nasional IV diadakan pada tanggal 7 – 14 Agustus 1982, kemudian Raimuna Nasional V diselenggarakan pada tanggal 14 – 21 Desember 1987, Raimuna Nasional VI pada tanggal 3 – 12 Juli 1992 dan Raimuna Nasional VII diadakan pada tanggal 1 – 10 Juli 1997. Raimuna Nasional VIII berpindah tempat di kawasan candi prambanan, DI Yogyakarta pada tanggal 8 – 17 Juli 2003. Setelah dari Yogyakarta, Raimuna Nasional kembali diselenggarakan di Bumi Perkemahan Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur. Acara tersebut bertemakan “membangun kebersamaan dan semangat kebangsaan untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia” itu ditutup oleh Wakil Presiden, M. Jusuf Kalla.

Salam pramuka

Sumber :
- Majalan Pramuka Edisi 001/2008
[ Baca Selanjutnya... ]

Diposting oleh riemogerz 0 komen

Salam Pramuka

Saya rasa, semua rekan-rekan pandai membuat proposal kegiatan. Ada yang bilang membuat proposal kegiatan itu susah-susah gampang. Nah... semoga artikel kali ini sedikit bisa membantu kita semua, terutama untuk rekan-rekan yang memerlukan. Selamat mencoba. Terimakasih.

Kerangka Proposal
(halaman pertama)
KEPALA SURAT (KOP) ORGANISASI
Surat Pengantar
Di dalam “surat pengantar” biasanya diuraikan secara singkat perihal proposal kegiatan tersebut.

(halaman kedua dan seterusnya)
KEPALA SURAT (KOP) ORGANISASI

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam “latar belakang” ini dijelaskan kenapa kegiatan ini akan dilaksanakan secara singkat.

B. Dasar
Di dalam “dasar” biasanya dimuat berbagai macam acuan (dasar) pelaksanaan kegiatan.

C. Maksud
Di dalam “maksud” biasanya dijelaskan untuk apa kegiatan ini dilaksanakan.

D. Tujuan
Di dalam “tujuan” biasanya dijelaskan hasil yang dapat dicapai dari kegiatan yang akan dilaksanakan.

E. Sasaran
Di dalam “sasaran” biasanya dijelaskan siapa saja yang diharapkan dapat mengikuti kegiatan tersebut (pesertanya).

BAB II. PELAKSANAAN
A. Nama Kegiatan
Di dalam “nama kegiatan” ini dimuat nama kegiatan yang dilaksanakan.

B. Tempat Kegiatan
Di dalam “tempat kegiatan” ini dimuat tempat penyelenggaraan kegiatan tersebut.

C. Waktu Pelaksanaan
Di dalam “waktu pelaksanaan” ini dimuat waktu kegiatan tersebut dilaksanakan.

D. Tema Kegiatan
Di dalam “tema kegiatan” ini biasanya dimuat tema kegiatan yang akan dilaksanakan. Tema biasanya diambil dari latar belakang atau maksud dan tujuan. Latar belakang atau maksud dan tujuan secara garis besar dijadikan dalam satu kalimat.

E. Motto Kegiatan
Di dalam “motto kegiatan” biasanya dimuat motto dalam kegiatan tersebut. Kalau kegiatan itu merupakan kegiatan Pramuka, maka motto tunggallah yang digunakan, yakni : “Satyaku Ku Darmakan, Darmaku Ku Baktikan.”

F. Struktur Kepanitiaan
Di dalam “struktur kepanitiaan” biasanya dimuat siapa saja yang menyelenggarakan kegiatan (panitia penyelenggaranya).

BAB III. KEGIATAN
A. Tahap-tahap penyelenggaraan
Di dalam “tahap-tahap penyelenggaraan” ini biasanya dijelaskan secara singkat tahapan-tahapan penyelenggaraan kegiatan tersebut. Mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, sampai tahap penyelesaian.

B. Metode kegiatan
Di dalam “teknik kegiatan” biasanya dijelaskan beberapa metode yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan.

C. Jadwal Kegiatan
Di dalam “jadwal kegiatan” dijelaskan kronologis kegiatan yang akan dilaksanakan.

D. Anggaran Kegiatan
Di dalam “anggaran kegiatan” biasanya dijelaskan berbagai sumber dana yang didapat, berapa pengeluaran dan semua tentang keuangan untuk kegiatan tersebut.

BAB IV. PENUTUP
Di dalam bab “penutup” ini diuraikan beberapa kalimat terakhir. Biasanya ucapan terimakasih, semoga dapat membantu, dan lain sebagainya.

(halaman lampiran)
Biasanya pada halaman ini dituliskan beberapa lampiran yang dianggap perlu dilampirkan.

Format Proposal ala Rizqan : Download
Contoh Proposal ala Rizqan : Download

Salam pramuka

Sumber :
- Catatan Rizqan
[ Baca Selanjutnya... ]

Diposting oleh riemogerz 0 komen

Salam Pramuka

Gerakan Pramuka dapat dikategorikan sebagai lembaga kaderisasi melalui kepramukaan. Akan tetapi, sebagai organisasi kader apakah Gerakan Pramuka telah berhasil anggotanya untuk kepentingan pengembangan organisasi ?
Seringkali setiap akhir periode kepengurusan suatu organisasi ada suatu kata yang cukup populer, yaitu kaderisasi. Pertanyaan-pertanyaan seperti “Sudah ada kader penggantinya belum?” atau “Siapa kader penggantinya?” menjadi pertanyaan-pertanyaan yang seringkali terdengar. Baik itu dalam Musppanitera untuk Dewan Kerja, Musyawarah Ambalan atau Racana, Muktamar, Musyawarah, Kongres dan sebagainya untuk suatu organisasi pada umumnya.
Kaderisasi berasal dari kata kader. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kader adalah orang yang diharapkan akan memegang pekerjaan penting dalam pemerintahan, partai, dan sebagainya. Sedangkan proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader disebut pengaderan. Kalau kadernya tak bermoral disebut kader keder.
Untuk melihat Gerakan Pramuka sebagai organisasi pengaderan dapat diketahui dari tugas pokoknya, yaitu menyelenggarakan kepramukaan bagi kaum muda guna menumbuhkan tunas bangsa agar menjadi generasi yang lebih baik, yang sanggup bertanggungjawab dan mampu membina serta mengisi kemerdekaan nasional. Untuk itu, salah satu upaya yang dilakukan oleh Gerakan Pramuka bagi Penegak dan Pandega dengan membentuk wadah-wadah pembinaan. Di dalam Pola dan Mekanisme Pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega wadah-wadah pembinaan tersebut terdiri dari Dewan Ambalan bagi Pramuka Penegak, Dewan Racana bagi Pramuka Pandega, Dewan Kerja di tingkat Kwartir, Satuan Karya (SAKA) melalui Dewan Saka, Sangga Kerja, dan Kelompok Kerja. Melalui wadah-wadah pembinaan inilah Penegak dan Pandega dibina agar dapat menjadi kader yang berguna bagi nusa, bangsa, dan masyarakat disekitarnya.
Pentingnya kaderisasi bagi Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dapat dilihat dalam rencana kerja Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega periode tahun 1998-2003 yang salah satu prioritas sasarannya adalah kaderisasi Pramuka Penegak dan Pandega. Di dalam uraian pelaksanaannya, yaitu melalui upaya meningkatnya jumlah Pembina Pramuka, terjaminnya proses kaderisasi yang mantap dalam Dewan Kerja dan wadah-wadah pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega, serta menjadi pemimpin dalam Gerakan Pramuka baik sebagai pembina maupun menjadi pengurus Kwartir. Bagaimanapun, kaderisasi suatu hal yang sangat penting dalam upaya menjaga kesinambungan dan meningkatkan serta mengembangkan kemampuan organisasi agar mencapai tujuan. Terlebih, dengan kaderisasi yang baik, demokrasi pun akan tumbuh dan berkembang dengan baik, karena tidak terjadi kultus individu yang merupakan ketergantungan atas seorang pemimpin atau yang sering disebut primordialisme.
Melihat perkembangan yang ada saat ini, kaderisasi kembali lagi menjadi pertanyaan, apakah wadah-wadah pembinaan yang ada dalam Penegak dan Pandega sudah memiliki dan menjalankan pengaderan dengan baik. Banyak kalangan yang berpendapat, saat ini wadah-wadah pembinaan yang ada mengalami krisis kader untuk mengelola wadah-wadah pembinaan tersebut. Tidak hanya terjadi dikalangan Dewan Kerja, tetapi sudah menjalar ke seluruh wadah-wadah pembinaan yang ada. Kalangan ini memperlihatkan, dengan menurunnya aktivitas-aktivitas kegiatan yang diselenggarakan oleh Pramuka Penegak dan Pandega, hanya sedikit Penegak dan Pandegayang ikut serta seleksi perekrutan anggota Dewan Kerja, kualitas kegiatan yang cenderung menurun, kurangnya kreativitas baru dalam kegiatan yang dikelola, dan menurunnya jumlah Penegak dan Pandega. Sedangkan sebagian kalangan menganggap tidaklah separah itu keadaan yang terjadi. Kalangan ini berargumen, mulai banyak anggota Dewan Kerja maupun pengurus yang ada dalam Dewan Ambalan, Dewan Racana maupun Dewan Saka serta kepanitiaan dalam sangga kerja atau sebagai anggota suatu kelompok kerja yang berusia lebih muda dibandingkan periode-periode sebelumnya. Sehingga wajar saja dalam masa transisi, kegiatan-kegiatan yang dilakukan kualitasnya pun masih belum sebanding dengan masa lalu. Dulu, saluran TV hanya ada TVRI, sekarang sudah ada 6 siaran TV swasta, begitulah kira-kira apabila dianalogikan. Terlebih, belum ada penelitian yang nyata secara kuantitatif mengenai tingkat keberhasilan kaderisasi di dalam wadah pembinaan yang ada pada Penegak dan Pandega.
Apabila melihat Pola dan Mekanisme Pembinaan Penegak dan Pandega, baik saat ini berlaku SK Kwarnas 080 tahun 1988 maupun yang sebelumnya tahun 1980, dan juga melihat beberapa asumsi permasalahan dalam beberapa Rencana Kerja Dewan Kerja, ternyata proses kaderisasi dalam wadah-wadah pembinaan Penegak dan Pandega masih belum berjalan secara optimal. Paling tidak, dapat dikelompokkan dalam beberapa permasalahan.

Keorganisasian
Organisasi merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Namun, agar tercapainya tujuan, perlu dikelola oleh orang-orang yang memiliki kemampuan, perhatian, dan waktu yang cukup agar dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dalam usahanya untuk mencapai tujuan. Kegiatan juga sebagai sarana kaderisasi untuk mengembangkan kemampuannya. Baik sebagai panitia ataupun sebagai peserta. Dan memperkuat tali silaturrahmi antar peserta ataupun panitia. Untuk itu, kegiatan menjadi tulang punggung pembinaan.
Secara umum, salah satu tujuan dibentuknya wadah-wadah pembinaan adalah untuk membina dan mengembangkan kepemimpinannya sehingga dapat menjadi kader pemimpin sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka. Selain itu, wadah-wadah pembinaan dibentuk sebagai bagian dari metode kepramukaan.
Namun, ternyata wadah-wadah pembinaan yang ada, yang seharusnya melahirkan kader-kader pemimpin bangsa dan masyarakat mengalami krisis kader, dari Dewan Ambalan sampai Kelompok Kerja. Menjadi pertanyaan besar, apakah karena wadah-wadah pembinaan yang ada sudah tidak lagi menarik atau sistemnya yang menyebabkan wadah-wadah pembinaan tersebut tidak berkembang. Atau, karena tiadanya yang membina wadah-wadah pembinaan tersebut sehingga dibiarkan kacau tak tentu arah. Bagaimanapun setiap wadah pembinaan memiliki lembaga induk. Gudep sebagai lembaga induk Dewan Ambalan dan Dewan Racana, Saka sebagai lembaga induk Dewan Saka, Kwartir sebagai lembaga induk Dewan Kerja, serta sangga kerja dan kelompok kerja lembaga induknya yang membentuk kedua wadah pembinaan ini. Dengan demikian, wadah-wadah pembinaan ini memiliki keterbatasan dan ketergantungan terhadap lembaga induknya tersebut. Apabila lembaga induknya tidak peduli atau tidak berjalan dengan baik, sulit bagi wadah-wadah pembinaan untuk berkembang.
Wadah pembinaan sebagai organisasi terdiri dari sekumpulan anggota Penegak dan Pandega. Seharusnya, sebagai anggota mereka memahami organisasinya, sehingga secara sukarela dan sadar berpartisipasi aktif dalam wadah pembinaan yang diikutinya. Anggota tersebut berusaha meningkatkan kemampuannya secara aktif dalam wadah pembinaan tersebut. Namun, yang berkembang ternyata tidaklah sesuai konsep tersebut. Cukup banyak anggota suatu wadah pembinaan yang tidak mengetahui apa tujuan mereka berada di wadah pembinaan tersebut. Dan, walaupun tahu, seringkali juga tidak aktif. Istilahnya, hanya numpang nama, menuntut hak, lupa kewajiban. Alasan klasiknya, sibuk kuliah, ada ujian atau sibuk kerja. Tentu saja hal ini akan merugikan anggota lain yang ingin aktif, misalkan menghambat pleno. Bagaimanapun, suatu organisasi akan berkembang apabila didukung oleh para anggota yang sadar mengapa mereka berada di dalamnya, dan mengorbankan tenaga serta waktunya untuk kepentingan organisasi. Kepemimpinan pengurus wadah-wadah pembinaan yang ada juga sangat berpengaruh terhadap kemajuan wadah-wadah pembinaan tersebut. Kenyataan yang ada, suatu organisasi akan lebih cepat berkembang apabila para pimpinannya aktif mengelola organisasi tersebut. Apabila pimpinannya tidak aktif, tentu saja berimbas kepada anggotanya. Sehebat-hebatnya suatu sistem, kalau pimpinannya bersikap masa bodoh terhadap perkembangan dan permasalahan yang ada dalam organisasi yang dipimpinnya akan sulit wadah pembinaan tersebut mencapai tujuannya.
Dengan demikian, kaderisasi dalam wadah-wadah pembinaan akan berjalan apabila berisi anggota-anggota yang sadar dan aktif dalam organisasinya tersebut, perhatian lembaga induk, dan kepemimpinan yang baik serta didukung oleh sistem yang baik pula. Tanpa hal tersebut, sulit rasanya kaderisasi dalam wadah-wadah pembinaan yang ada untuk berjalan dengan baik.

Pelatihan
Latihan merupakan hal yang terpenting dalam menempa diri untuk dapat mencapai keinginannya. Begitu pentingnya, sampai ada slogan lebih baik mandi keringat dalam latihan daripada bersimbah darah dalam pertempuran. Namun, hal ini yang seringkali terlupakan dalam dunia Penegak dan Pandega.
Di dalam Gerakan Pramuka, pengembangan diri seorang Penegak dan Pandega menggunakan sarana yang disebut Syarat Kecakapan Umum (SKU) dan Syarat Kecakapan Khusus (SKK). SKU merupakan standar bagi seorang Penegak dan Pandega sesuai dengan tingkatannya. Sedangkan SKK merupakan kemampuan standar seorang Penegak dan Pandega atas suatu keahlian atau kemampuan tertentu. SKU dan SKK merupakan stimulus dalam upaya pengembangan diri Penegak dan Pandega. Dengan demikian, seorang Penegak dan Pandega minimal mempunyai kemampuan yang ada dalam SKU dan SKK tersebut. Diharapkan lebih dari standar tersebut dengan terus-menerus mengembangkan kemampuan pribadinya. Untuk SKK, diharapkan keterampilan yang dimilikinya terus diasah sehingga menjadi kelebihan tersendiri bagi dirinya. Jadi tidak berhenti hanya sampai didapatkannya TKK.
Namun, Gugusdepan sebagai ujung tombak pembinaan melalui para pembinanya mulai banyak yang tidak menjalankan standar minimal tersebut dengan baik. Seringkali seorang Pramuka Penegak Bantara tidak tahu apa itu Dewan Kerja atau Saka. Akibatnya, suatu kegiatan pelatihan seperti LPK atau KPDK harus mengulang kembali materi tentang Dewan Kerja dari dasar yang seharusnya lebih kepada pengembangan wacana dan diskusi.
Begitu pula dalam kegiatan pelatihan yang diadakan oleh Dewan Kerja ataupun Saka. Sampai saat ini belum ada suatu sistem yang jelas mengenai kegiatan pelatihan. Di dalam kegiatan pelatihan yang diadakan Dewan Kerja, masih belum ada kesepakatan apakah sistem pelatihannya berjenjang atau tidak. Begitu pula dengan materi yang diberikan. Apabila bercermin dengan organisasi kepemudaan lain, militer, atau yang lebih dekat, sistem pelatihan untuk pembina, pada umumnya sistem yang diterapkan berjenjang, waktu yang jelas, dan memiliki materi standar. Dalam sebagian organisasi kepemudaan, penjenjangan, waktu pelaksanaan beserta materinya dibahas tuntas dalam musywarah pimpinan mereka. Sehingga hasilnya mengikat dari pusat sampai yang terbawah. Dengan demikian, hasilnya dapat terukur dengan jelas secara umum dan memiliki kateristik tersendiri. Begitu pula dalam Saka, belum ada kegiatan pelatihan yang jelas dan terarah dengan baik. Yang ada, perubahan-perubahan SKK yang Surat keputusannya belum tentu sampai pada tingkatan pelaksananya.
Itulah sekelumit gambaran permasalahan yang dihadapi oleh organisasi kader yang mengalami krisis kader. Tentu saja masih banyak permasalahan kaderisasi yang dihadapi suatu wadah pembinaan. Dan ini tentu saja dapat menjadi pembelajaran dan tantangan untuk terus maju dengan tidak lupa berusaha dan berdoa.

Salam pramuka

Sumber :
- Catatan Dewan Kerja Nasional Masa Bakti 1998-2003
[ Baca Selanjutnya... ]

Diposting oleh riemogerz 0 komen

Salam Pramuka

Perubahan Kehidupan Dunia
Tidak terbayangkan jika Kepramukaan berada diluar kenyataan Nsional, Regional dan duni ayng mengelilinginya. Kepramukaan merupakan bagiandari kehidupan politik, sosial, kebudayaan dan ekonomi, yang selalu berinteraksi satu sama lain.
Ada beberapa keprihatinan masyarakat Internasional yang mempengaruhi kaum muda, antara lain, masalah lingkungan dan pembangunan, pengaruh Iptek terhadap masyarakat, makanan dan gizi, hak asasi manusia, hasil dari perdamaian, krisis perkotaan, redefinisi dan keamanan dunia, obat bius. Ditambah lagi dengan bencana peperangan, pengungsian, ketimpangan penghasilan serta kenyataan bahwa lebih dari 50% jumlah penduduk di negara berkembang berusia dibawab 25 tahun.
Apa pengaruh langsung maupun tidak terhadap proses pendidikan kaum muda? Untuk itu terlebih dahulu perlu dikutip kalimat terkenal dari J. Nisbitt : “The most reliable way to anticipate the future is by understanding the present”.
Dengan adanya perubahan yang sangat cepat di dunia ini maka yang terjadi antara lain: disorientasi kaum muda, berkurangnya idealisme, pragmatisme yang sempit, kebingungan etika dan politik, apatisme bertumbuhnya intoleransi, meningkatnya kekejaman.
Pada saat yang sama, kaum muda dipaksakan untuk menyesuaikan pola kehidupan mereka pada perubahan masyarakat yang berubah begitu cepat dari kehidupan keluarga, kehidupan yang berkebudayaan monolitik ke kehidupan lebih pluralis. Dimana datang banyak tawaran nilai yang sejalan maupun yang saling bertentangan.
Khusus untuk Indonesia, dapat dilihat perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Pada tahun 1996, Prof. Robert A.Scalapino di Jakarta mengatakan antara lain : nilai-nilai politik pada akhir-akhir ini telah memudar dan ada kekuatan-kekuatan (nilai-nilai) lain yang segera mengisi kekosongan ini, yaitu kesadaran etnis yang meningkat dan diwilayah-wilayah tertentu oleh komitmen keagamaan. Dengan demikian, kita memasuki abad XXI dengan mempertanyakan “Apa yang saya percayai” (What di I believe?), dan “Siapa saya ini sebenarnya?” (Who am I). Kedua pertanyaan itu merupakan tantangan kembar di masa yang akan datang.
Pertanyaan yang diajukan Prof. Scalapino di atas pada dasarnya merangsang kesadaran kita akan perubahan-perubahan terus-menerus, dan yang begitu cepat dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini. Reformasi di Indonesia yang berlangsung sejak 5 tahun terakhir ini sebenarnya hanyalah bagian proses perubahan yang terus-menerus itu, tetapi yang begitu menoonjol karena tanda-tanda riil yang dibawanya. Suasana reformasi menandai tuntutan nyata terhadap pembaharuan di hampir semua aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Alam reformasi dewasa ini menuntut banyak pembaharuan, menyangkut bukan hanya aspek struktural-fungsional, tetapi juga nilai-nilai dan perilaku.

Citra Kepramukaan
Dengan melihat dan memperhatikan perubahan-perubahan di dunia yang mekin cepat, maka diprakarsai oleh APR Sub Commitee pada tahun 1997, dilaksanakan oleh WOSM APR Office dan dimulai pada tahun 2000 sebuah studi yang terpadu mengenai kepramukaan di Asia Pasifik. Dimana Indonesia berpartisipasi penuh. Tim pembuat dan peneliti hasil survey ini diketuai oleh Dr. Evelina M. Vicencio dari University of Philippines.
Ada beberapa hal yang menarik dan perlu menjadi perhatian kita dari hasil studi tersebut, terutama yang menyangkut kepramukaan di tanah air, antara lain ketika diajukan pertanyaan “Scout program is better than the program offered by other youth organizations”. Masyarakat non Pramuka menjawab menjawab tidak pasti. Juga dengan dua pernyataan tentang pembina ‘Adults leaders lack commitment” dijawab oleh Pramuka dan non Pramuka dengan tidak pasti, sedangkan “Adult Scout Leaders take their job seriously” oleh non Pramuka dijawab tidak pasti.
Dari hasil studi di atas diusulkan pula oleh negara peserta survei langkah aksi yang harus dilakukan untuk memperbaiki dan memberdayakan Pramuka. Daftar di bawah ini disusun menurut banyaknya jumlah negara yang mengusulkan antara lain :
1. Introduce higher skills
2. Promote fun in Scouting
3. Promote Leader image
4. Promote Youth Exchange programmes
5. Create balance in the programme
6. Improve training and ensure support of adult leader
7. Introduce coed in Scouting
8. Try to keep the interests of older Scouts
Terlihat bahwa dari usulan di atas no. 1,2,4,5,7 adalah program anggota muda. Sebagai informasi, Indonesia bersama Bangladesh, India, Philipina, singapura mengusulkan no. 1.
Salah satu rekomendasi yang diberikan oleh tim kepada semua organisasi kepramukaan di Asia Pasifik adalah untuk meninjau kembali Program Anggota Muda (Youth Program).

Program Anggota Muda (Youth Program)
Pengertian yang luas mengenai konsep Program Anggota Muda adalah, keseluruhan atau totalitas dari semua yang dialami oleh Pramuka, APA yang dikerjakan oleh Pramuka (aktifitas, kegiatan), BAGAIMANA melakukan (metode) dan MENGAPA hal itu dilakukan (educational objectives yang sesuai dengan tujuan dan fungsi dasar kepramukaan). Hal penting lainnya adalah disertakannya anggota muda dalam menyusun kegiatan-kegiatannya dan dalam mengambil keputusan.
Sebagai sebuah sistem pendidikan, maka telah diputuskan oleh WOSM ada beberapa tingkatan tanggung jawab serta pelaksanaan:
1. Dasar, elemen yang tetap, yaitu tujuan prinsip dan metode yang sama di seluruh dunia, sebagai identitas dan persatuan Kepramukaan
2. Penyusunan programanggota muda, tiap Kwartir Nasional mempunyai tugas untuk menyusun dan meninjau program Anggota Mudanya dengan dasar elemen yang tetapdi atas sesuai dengan aspirasi masyarakat serta Anggota Muda di negaranya.
3. Kwarnas, Kwarda dan Kwarcab mempunyai tugas untuk diseminasi hasil-hasil penyusunan atau peninjauan program Anggota Muda dengan pelatihan, publikasi serta dukungan.
4. Kwartir Ranting serta Gugusdepan Pramuka bertugas untuk melaksanakannya dengan diseseuaikan dengan aspirasi masyarakat dan Anggota Mudanya.
Untuk memudahkan penyusunan atau peninjauan Program Anggota Muda ditawarkan dlapan (8) langkah pendekatan:
1. Mendefinisikan kembali tawaran pendidikan (Educational Proposal), utnuk menganalisa kebutuhan serta aspirasi Anggota Muda serta mengantisipasinya dengan macam pendidikan yang sesuai serta sejalan dengan tujuan, prinsip serta metode kepramukaan.
2. Mengidentifikasikan area pengembangan probadi (area of personal growth), yang meliputi seluruh dimensi dari kepribadian manusia.
3. Menyusun sasaran umum pendidikan (general education objectives) dari dari area pengembangan pribadi sebagai hasil yang diharapkan dapat dicapai sewaktu seorang pemuda/i meninggalkan Gerakan Pramuka.
4. Mendefinisikan kerangka umur dan pembagian golongan umur sesuai dengan analisa dari tingkatan perkembangan anggota muda.
5. Menyusun sasaran pendidikan untuk tiap tingkatan golongan umur yang secara realistis menggambarkan tingkatan pengetahuan, ketrampilan serta sikap yang harus dicapai
6. Membangun tipe-tipe kegiatan yang dapat ditawarkan kepada Pramuka, dimana ia dengan ikut kegiatan tersebut dapat mencapai sasaran pendidikan.
7. Menyusun metode-metode sesuai dengan golongan umur, berdasarkan Metode Kepramukaan
8. Membangun skema prograsif untuk membantu Pramuka membangun sasaran pribadinya dan memotivasi mereka membuat kemajuan.
Peninjauan kembali Program Anggota Muda harus dilakukan setiap lima (5) tahun dan peninjauan ulang secara keseluruhan sekitar sepuluh tahunan. Sebagai catatan, SKU kita disusun tahun 1974.

Apa yang telah dilakukan?
Sesuai dengan program kerja Kwartir Nasional Gerakan Pramuka masa bakti 1998-2003 serta diperkuat hasil Rakernas, maka Kwarnas telah memulai dengan proses peninjauan kembali Program Anggota Muda. Saat ini sedang dalam tahapan:
1. Peninjauan kembali tawaran pendidikan kepramukaan kepada masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat, aspirasi anggota muda.
2. Telah dicapai kesepakatan sementara tentang area pengembangan pribadi
3. Telah dilaksanakan pembedahan SKU sesuai dengan area perkembangan pribadi yang kita sepakati.

Harapan Kami
Kami mengharapkan agar:
1. Semua jajaran Gerakan Pramuka mengetahui tentang perlunya peninjauan kembali anggota Gerakan Pramuka
2. Dewan Kerja Pramuka Penegak Pandega bersama Kwartirnya diharapkan mendukung tim yang ada di Kwartir Nasional dalam melaksanakan program peninjauan kembali tersebut

Diskusi
Dalam Diskusi kelompok di Lokakarya diinginkan agar tercapai hasil berupa usulan rencana aksi/langkah umum Kwarnas masabakti 2003-2005 :
1. Apa pendekatan-pendekatan terbaik yang harus dilakukan untuk proses peninjauan tersebut?
2. Usulan rencana aksi/langkah yang dilakukan oleh Kwarnas/DKN, Kwarda/DKD dan Kwarcab/DKC.

Salam pramuka

Sumber :
- Lokakarya Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega Nasional di Yogyakarta (Raimuna Nasional Tahun 2003)
[ Baca Selanjutnya... ]

Diposting oleh riemogerz 0 komen

Salam Pramuka
Beginilah isinya.

All members of the Scout Movement are required to adhere to a Scout Promise and a Law reflecting, in language appropriate to the culture and civilization of each National Scout Organization and approved by the World Organization, the principles of Duty to God, Duty to others and Duty to self, and inspired by the Promise and Law conceived by the Founder of the Scout Movement in the following terms:

The Scout Promise
On my honour I promise that I will do my best
1. To do my duty to God and the King (or to God and my Country);
2. To help other people at all times;
3. To obey the Scout Law.

The Scout Law
1. A Scout’s honour is to be trusted.
2. A Scout is loyal.
3. A Scout’s duty is to be useful and to help others.
4. A Scout is a friend to all and a brother to every other Scout.
5. A Scout is courteous.
6. A Scout is a friend to animals.
7. A Scout obeys orders of his parents, Patrol Leader or Scoutmaster without question.
8. A Scout smiles and whistles under all difficulties.
9. A Scout is thrifty.
10. A Scout is clean in thought, word and deed.

Salam pramuka

Sumber :
- http://www.scout.org
[ Baca Selanjutnya... ]

Diposting oleh riemogerz 0 komen

Salam Pramuka
Bendera merah putih yang sejak tanggal 18 Agustus 1945 sudah diresmikan sebagai bendera kebangsaan merupakan bendera pusaka. Menurut saya tidak banyak orang yang tahu perkembangan dan sejarah bendera merah putih. Untuk menepis hal tersebut, saya mempublikasikan artikel ini yang saya dapatkan dari salah satu catatan kecil saya yang kebetulan masih tersisa. Akhir kata semoga artikel ini bisa membantu. Terimakasih.

Penggunaan dan arti warna Merah Putih di bumi Indonesia
Dalam sejarah Indonesia terbukti, bahwa Bendera Merah Putih dikibarkan pada tahun 1292 oleh tentara Jayakatwang ketika berperang melawan kekuasaan Kertanegara dari Singosari (1222-1292). Sejarah itu disebut dalam tulisan bahwa Jawa kuno yang memakai tahun 1216 Caka (1254 Masehi), menceritakan tentang perang antara Jayakatwang melawan R. Wijaya.
Prapanca di dalam buku karangannya Negarakertagama mencerirakan tentang digunakannya warna Merah Putih dalam upacara hari kebesaran raja pada waktu pemerintahan Hayam Wuruk yang bertahta di kerajaan Majapahit tahun 1350-1389 M. Menurutnya, gambar-gambar yang dilukiskan pada kereta-kereta raja-raja yang menghadiri hari kebesaran itu bermacam-macam antara lain kereta raja puteri Lasem dihiasi dengan gambar buah meja yang berwarna merah. Atas dasar uraian itu, bahwa dalam kerajaan Majapahit warna merah dan putih merupakan warna yang dimuliakan.
Dalam suatu kitab tembo alam Minangkabau yang disalin pada tahun 1840 dari kitab yang lebih tua terdapat ambar bendera alam Minangkabau, berwarna Merah Putih Hitam. Bendera ini merupakan pusaka peninggalan jaman kerajaan Melayu-Minangkabau dalam abad ke 14, ketika Maharaja Adityawarman memerintah (1340-1347).
Warna Merah = warna hulubalang (yang menjalankan perintah)
Warna Putih = warna agama (alim ulama)
Warna Hitam = warna adat Minangkabau (penghulu adat)
Warna merah putih dikenal pula dengan sebutan warna Gula Kelapa. Warna Merah Putih disebut Gula Kepala tidak berarti “Merah” lambang gula dan “Putih” lambang buah nyiur yang telah dikupas. Di Kraton Solo terdapat pusaka berbentuk bendera Merah Putih peninggalan Kyai Ageng Tarub, putra Raden Wijaya, yang menurunkan raja-raja Jawa.
Dalam babat tanah Jawa yang bernama babab Mentawis (Jilid II hal 123) disebutkan bahwa Ketika Sultan Ageng berperang melawan negri Pati. Tentaranya bernaung di bawah bendera Merah Putih “Gula Kelapa”. Sultan Ageng memerintah tahun 1613-1645.
Juga di bagian lain dari kepulauan Indonesia terdapat bendera yang berwarna Merah Putih, misalnya di Aceh, Palembang, Maluku dan sebagainya meskipun sering dicampuri gambar-gambar lain.
Pada umumnya warna Merah Putih merupakan lambang keberanian, kewiraan sedangkan warna Putih merupakan lambang kesucian.

Merah Putih dalam Abad Ke-20
Bendera Merah Putih berkibar untuk pertama kali dalam abad XX sebagai lambang kemerdekaan ialah di benua Eropa. Pada tahun 1922 Perhimpunan Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih di negeri Belanda dengan kepala banteng ditengah-tengahnya.
Tujuan perhimpunan Indonesia Merdeka semboyan itu juga digunakan untuk nama majalah yang diterbitkan.
Pada tahun 1924 Perhimpunan Indonesia mengeluarkan buku peringatan 1908-1923 untuk memperingati hidup perkumpulan itu selama 15 tahun di Eropa. Kulit buku peringatan itu bergambar bendera Merah Putih kepala banteng.
Dalam tahun 1927 lahirlah di kota Bandung Partai Nasional Indonesia (PNI) yang mempunyai tujuan Indonesia Merdeka. PNI mengibarkan bendera Merah Putih kepala banteng.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 berkibarlah untuk pertama kalinya bendera Merah Putih sebagai bandera kebangsaan yaitu dalam Konggers Indonesia Muda di Jakarta. Sejak itu berkibarlah bendera kebangsaan Merah Putih di seluruh kepulauan Indonesia.

Merah Putih setelah Indonesia Merdeka
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta bertempat di Pegangsaan Timur 56 (JL.Proklamasi, sekarang) Jakarta, atas nama bangsa Indonesia. Sesaat kemudian bendera kebangsaan Merah Putih dikibarkan di gedung Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Bendera Merah Putih berkibar ntuk pertama kalinya di bumi Indonesia Merdeka.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945 mengadakan siding yang pertama dan menetapkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
Dalam UUD 1945, Bab I, pasal I, ditetapkan bahwa Negara Indonesia ialah Negara kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam UUD 1945 pasal 35 ditetapkan pula bahwa bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih. Dengan demikian itu, sejak ditetapkannya UUD 1945 , Sang Merah Putih merupakan bendera kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan ditetapkannya UUD 1945 dan bendera kebangsaan Sang Merah Putih, maka serentak seluruh rakyat Indonesia dan pemuda Indonesia, menegakkan, mengibarkan dan mempertahankan Sang Merah Putih di bumi Indonesia. Pertempuran-pertempuran dengan serdadu kolonial Belanda yang didukung oleh tentara sekutu berkobar di seluruh Indonesia. Ribuan rakyat dan pemuda Indonesia gugur sebagai pahlawan bangsa mempertahankan kemerdekaan Sang Merah Putih. Karena pengorbanan mereka kini Sang Merah Putih tegak berkibar di bumi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan berlandaskan Pancasila.
Sang Merah Putih dikibarkan pada Hari Proklamasi tanggal 17 Agustus 45 di gedung Pegangsaan Timur 56 Jakarta disebut Bendera Pusaka. Bendera Pusaka itu selalu dikibarkan di tiang yang tingginya 17 m di depan Istana Merdeka Jakarta pada tiap perayaan peringatan Hari Prokalamasi Kemerdekaan.
Mulai tahun 1969 Bendera Pusaka itu tidak lagi dapat dikibarkan karena sudah tua. Sebagai gantinya dikibarkan duplikatnya yang dibuat dari sutera alam Indonesia.
Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, Bendera Pusaka tidak pernah jatuh ke tangan musuh, meskipun tentara kolonial Belanda menduduki Ibukota Negara Republik Indonesia.

Salam pramuka

Sumber :
- Catatan Rizqan
[ Baca Selanjutnya... ]

Diposting oleh riemogerz 0 komen

Salam Pramuka
Tentu kita sudah tahu bahwa Robert Stephenson Smyth Baden-Powell atau lebih dikenal dengan Lord Robert Baden-Powell adalah Bapak Pandu Dunia. Namun, selama ini saya pribadi masih belum tahu apakah ada Ibu Pandu Dunia. Setelah beberapa waktu lalu saya melacak hal tersebut. Ternyata saya temukan hal tersebut. Awalnya saya mendunga adik perempuan Baden-Powell (Agnes) lah yang menjadi Ibu Pandu Dunia, ternyata dugaan saya salah. Nah... untuk itu saya publikasikan artikel tersebut. Semoga ini bisa membantu rekan-rekan semua. Terimakasih.

Lebih dari seabad yang lalu, tepatnya 1 Agustus 1907, eksperimen Baden-Powell bersama 20 orang anak muda berkemah di Kepulauan Brownsea, Inggris, menjadi tonggak sejarah cikal bakal gerakan kepanduan.
Perkemahan yang diisi berbagai kegiatan di alam terbuka sangat menarik kaum muda saat itu. Beruntunglah Baden-Powell saat awal-awal berdiri dan mengembangkan gerakan kepanduan mendapatkan sokongan penuh dari orang-orang terdekatnya. Sebut saja adik perempuannya, Agnes Smyth Baden-Powell, yang sangat berjasa mengembangkan gerakan kepanduan putri (Girl Guides). Lewat kerja keras Agnes dalam mengembangkan gerakan kepanduan putri, sampai April 1910 saja, sudah 6.000 remaja putri di Inggris yang tercatat menjadi anggota Girl Guides.
Selain Agnes, orang yang dengan setia mengembangkan gerakan kepanduan ke seluruh dunia adalah Olave Baden-Powell atau lebih dikenal dengan sebutan Lady Baden-Powell yang tak lain adalah istri Lord Baden-Powell.
Olave terlahir dengan nama Olave St. Clair Soames, 22 Februari 1889, di Chesterfield, Derbyshire, Inggris. Olave pertama kali bertemu dengan Robert Baden-Powell, Januari 1908 di atas kapal penumpang Arcadia dalam perjalanan ke New York saat Baden-Powell memulai lawatan kepanduan dunia. Walau pertautan usia yang cukup jauh (Olave 23 tahun, Baden-Powell 55 tahun) setelah beberapa tahun menjalani hubungan, mereka akhirnya menikah 30 Oktober 1912. Pernikahan ini sempat menjadi sensasi internasional. Maklum, saat itu Baden-Powell merupakan tokoh yang sangat populer dan menjadi panutan. Hal itu juga menimbulkan kegelisahan di kalangan 100.000 anggota kepanduan putra. Mereka berspekulasi pernikahan ini akan membuat Robert Baden-Powell berhenti menjadi pemimpin pandu dunia yang akhirnya menghambat perkembangan gerakan kepanduan.
Namun, spekulasi tersebut tak terbukti. Olave yang dinikahi Baden-Powell ternyata sangat mendukung suaminya mengembangkan gerakan kepanduan. Bahkan Olave turut berkecimpung langsung sehingga gerakan kepanduan tumbuh pesat menjadi kegiatan yang digemari kaum muda di seluruh dunia. Visinya terhadap organisasi ini membuat gerakan kepanduan putri berkembang menjadi organisasi khusus putri dan wanita terbesar sepanjang sejarah. Karena hal itu pula, kalangan kepanduan sepakat menyebutnya “Mother of Millions”.
Olave mulai tertarik dan berkiprah di dunia kepanduan pada tahun 1914 atau 2 tahun setelah menikah dengan Baden-Powell. Pada tahun 1917 Olave dipercaya menggantikan posisi Agnes Baden-Powell sebagai Presiden Kepanduan Putri Inggris. Pada tahun 1918, Olave mendapatkan penghargaan gold Silver Fish, penghargaan tertinggi kepanduan putri Inggris dan hanya baru 2 kali diberikan (yang kedua adalah Betty Clay pada tahun 1995). Kemudian, pada tahun 1930, Olave diangkat menjadi pemimpin kepanduan putri dunia.
Sepanjang hayatnya, ia telah melakukan perjalanan lebih dari setengah juta mil, mengerahkan segala kemampuannya demi kemajuan gerakan kepanduan. Mungkin dialah salah seorang wanita yang paling sering melakukan perjalanan di dunia ini. Bayangkan saja, kurang lebih 111 negara telah ia kunjungi. Saat menginjak usia 80 tahun pun (1969), ia masih aktif berkunjung ke berbagai negara. Namun, perjuangan gigihnya ini harus berakhir setelah pada tahun 1970 karena dokter mendiagnosisnya menderita diabetes akut dan harus mengakhiri petualangannya. Olave tutup usia 25 Juni 1977 di Bramley Surrey Inggris pada usia 88 tahun atau 36 tahun setelah meninggalnya Robert Baden-Powell (8 Januari 1941) di Nyeri, Kenya.

Biodata singkat
Nama : Olave Santa Clair Soames
Suami : Robert Stephenson Smyth Baden-Powell
Tempat Lahir : Chesterfield, Derbyshire, Inggris
Tanggal Lahir : 22 Februari 1889
Menikah : 30 Oktober 1912
Meninggal : Bramley Surrey, Inggris, 25 Juni 1977

Salam pramuka

Sumber :
- Pikiran Rakyat (28/03/2008)
[ Baca Selanjutnya... ]

Diposting oleh riemogerz 0 komen

Salam Pramuka

Tanggal 22 Februari merupakan Hari Baden-Powell (Founder’s Day). Seluruh anggota Pandu Dunia dan Pramuka merayakannya. Nah... untuk mengenang usaha beliau tersebut serta sebagai penghargaan tertinggi yang saya berikan untuk beliau saya coba mempublikasikan artikel ini. Meskipun terkesan agak terlambat, namun tidak melunturkan semangat saya untuk mempublikasikan artikel ini. Akhir kata, semoga ini bisa membantu kita semua untuk “meluruskan sejarah.” Begitulah kalimat yang saya ingat dari salah seorang sejarahwan yang pernah saya dengar. Karena menurut beliau sejarah di Indonesia ini banyak yang keliru dan perlu dibuktikan kebenarannya. Terimakasih.
Berbagai data tentang kedatangan Baden-Powell pernah diungkapkan dalam buku Patah Tumbuh Hilang Berganti – 75 Tahun Kepanduan dan Kepramukaan yang diterbitkan oleh Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka pada 1987. Di halaman 25 buku tersebut terdapat subjudul “Peristiwa kedatangan Baden Powell dan Jambore Dunia”.
Pada buku tersebut dituliskan antara lain, “Suatu peristiwa yang tidak mudah dilupakan adalah kedatangan Lord Baden Powell of Gilwell dan Lady Baden Powell di Indonesia, pada tanggal 3 Desember 1934, dalam rangka kunjungan keliling ke beberapa negara, waktu kembali dari Jambore di Australia. Baden Powell melihat keadaan dan perkembangan organisasi kepanduan di Indonesia, yang biarpun pada waktu itu Indonesia dijajah oleh Belanda, namun perkumpulan kepanduannya berkembang sangat pesat dan menggembirakan.”
Pada alinea berikutnya dituliskan, “Penerimaan dan acara kunjungan Baden Powell itu diatur sendiri oleh NIPV. Pandu-pandu Indonesia hendak ikut serta menyambut kedatangan Baden Powell, tetapi tidak diperkenankan oleh pimpinan NIPV. Hal ini mengakibatkan bertambah besarnya ketegangan hubungan kepanduan nasional Indonesia dan NIPV.”
Data tersebut telah berulang kali saya baca, tetapi hanya sebatas itu saja. Apalagi data dari buku itu telah sering pula dijadikan acuan dalam berbagai penerbitan Kwarnas. Itulah sebabnya, pada awalnya saya tak begitu menaruh perhatian pada keterangan itu. Tapi segalanya berubah tanpa disengaja.
Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan kepustakaan terhadap bundel fotokopi majalah kepanduan Het Padvindersblad, majalah berbahasa Belanda yang merupakan majalah resmi Nederlandsch-Indische Padvinders Vereeniging, organisasi kepanduan Hindia-Belanda. Juga terhadap bundel fotokopi majalah Pandoe, majalah berbahasa Melayu-Indonesia (bahasa Indonesia ‘tempo doeloe’) yang merupakan majalah resmi Kepandoean Bangsa Indonesia. Bundel-bundel fotokopi dari majalah-majalah tahun 1930-an itu sebenarnya telah cukup lama disimpan di Kwarnas, tetapi kurang diperhatikan.
Sejumlah buku kepanduan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia juga ditelusur. Dan hasilnya, ternyata data yang termuat dalam buku Patah Tumbuh Hilang Berganti – 75 Tahun Kepanduan dan Kepramukaan banyak yang kurang akurat. Nama Bapak Pandu Sedunia ditulis Baden Powell, padahal seharusnya Baden-Powell dengan garis sambung.
Lalu tanggal kedatangan Baden-Powell ke Indonesia yang ketika itu masih berada dalam jajahan Belanda dan dinamakan Hindia-Belanda (Nederlands Indie/Dutch East Indies) bukan 3 Desember 1934 melainkan 4 Desember 1934. Baden-Powell juga bukan datang ke Indonesia, waktu kembali dari Australia. Justru Baden-Powell beserta istri dan dua anak perempuannya ke Indonesia terlebih dulu, baru ke Australia untuk menghadiri jambore di ”Negeri Kanguru” itu.
Kurang tepat pula bila dikatakan tak ada pandu-pandu Indonesia yang ikut menyambut Baden-Powell dan keluarganya. Kenyataannya, bahkan tarian Jawa dan Baduy dari Banten, ikut ditampilkan dalam upacara menyambut kedatangan Bapak Pandu Sedunia. Baden-Powell juga mendapat gong berukir, sementaranya istrinya, Lady Olave Baden-Powell, mendapat piala perak, sebagai hadiah kenang-kenangan dari para pandu di Hindia-Belanda.
Hasil penelitian tersebut kemudian ditampilkan dalam buku berjudul B-P & I (Baden-Powell & Indonesia) dengan subjudul “Melacak sejarah kedatangan Baden-Powell ke Indonesia” setebal 89 halaman. Buku itu kemudian diterbitkan secara terbatas untuk memperingati Hari Baden-Powell/Founder’s Day pada 22 Februari 2008. Buku tersebut telah dibagikan kepada sejumlah tokoh Gerakan Pramuka seusai acara peringatan Hari Baden-Powell di Cibubur, Jakarta Timur, Jumat sore. Di antaranya kepada Wakil Ketua Kwarnas, Kak Amoroso Katamsi, lalu kepada Sekretaris Jenderal Kwarnas, Kak Joedyaningsih, dan Kepala Lembaga Pendidikan Kader Nasional Gerakan Pramuka, Kak Djoko Mursito.
Inilah bingkisan kecil yang Kak Berthold Sinaulan persembahkan di Hari Baden-Powell tahun 2008.

Salam pramuka

Sumber :
- Catatan Kak Berthold Sinaulan (Annas Gerakan Pramuka/Wartawan Suara Pembaruan)
[ Baca Selanjutnya... ]

Diposting oleh riemogerz 0 komen

Beliau adalah seorang Raja Kasultanan Yogyakarta dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Beliau juga Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara tahun 1973-1978. Beliau juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1961 - 1974)
Pada umur 4 tahun, beliau tinggal pisah dari keluarganya. Beliau dititipkan kepada keluarga Mulder, orang Belanda yang tinggal di Gondokusuman untuk mendapat pendidikan yang penuh disiplin dan gaya hidup yang sederhana. Beliau memperoleh pendidikan di HIS di Yogyakarta, MULO di Semarang, dan AMS di Bandung. Pada tahun 1930-an beliau berkuliah di Rijkuniversiteit Leiden, Belanda (”Sultan Henkie”) dan mengambil jurusan Indologi (ilmu tentang Indonesia) kemudian ekonomi. Mendapatkan pendidikan ala Barat sejak usia 4 tahun (taman kanak-kanak sampai kuliah) membuat Beliau memiliki wawasan yang luas. Hal itu pun tak lantas membuat luntur paham kebangsaannya. Sebaliknya, wawasan kebangsaannya tetap kuat seperti tergambar dalam isi pidato penobatannya sebagai Sri Sultan. Ada dua hal penting yang menunjukkan sikap tersebut. Pertama, kalimat yang berbunyi, "Walaupun saya telah mengenyam pendidikan Barat yang sebenarnya, namun pertama-tama saya adalah dan tetap adalah orang Jawa." Kedua, ucapannya yang berisi janji perjuangan, "Izinkanlah saya mengakhiri pidato saya ini dengan berjanji, semoga saya dapat bekerja untuk memenuhi kepentingan nusa dan bangsa, sebatas pengetahuan dan kemampuan yang ada pada saya."
Beliau dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 1940 dengan gelar “Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alogo Ngabdurrokhman Sayidin Panotogomo Kholifatulloh Ingkang Kaping Songo” atau lebih dikenal dengan singkatan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Beliau merupakan sultan yang menentang penjajahan Belanda dan mendorong kemerdekaan Indonesia. Selain itu, dia juga mendorong agar pemerintah RI memberi status khusus bagi Yogyakarta dengan predikat “Istimewa”. Sejak 1946 beliau pernah beberapa kali menjabat menteri pada kabinet yang dipimpin Presiden Soekarno. Jabatan resminya pada tahun 1966 adalah ialah Menteri Utama di bidang Ekuin.
Presiden saat itu mengungkapkan, merujuk Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana, kepanduan yang ada harus diperbarui, metode dan aktivitas pendidikannya harus diganti. Seluruh organisasi kepanduan yang ada harus dilebur menjadi satu yang disebut Gerakan Pramuka.
Beliau merupakan salah seorang yang ditunjuk Presiden Republik Indonesia saat itu, Soekarno menjadi Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961.
Setelah itu, masih pada bulan yang sama, Beliau juga terlibat dalam kepanitiaan pembentukan Gerakan Pramuka bersama Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi, dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial). Panitia ini mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden RI Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
Ketika itu, selain terpilih menjadi Wakil Ketua I Majelis Pimpinan Nasional (Mapinas), Beliau juga terpilih menjadi Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pertama. Selama kepemimpinannya, Gerakan Pramuka berkembang dengan pesat. Ide-ide brilian tidak semata ia dedikasikan untuk Gerakan Pramuka, tetapi untuk pengembangan gerakan kepanduan di dunia.
Sebagai contoh, dalam konferensi kepanduan sedunia ke-23 di Tokyo 1971, ia menyampaikan idenya dalam pidato yang berjudul "Scouts Action for Community Development". Gagasannya mengenai paradigma pembinaan dan pengembangan kepanduan yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat bagi negara berkembang mendapat sambutan hangat dari seluruh peserta. Kalangan kepanduan dunia pun menilainya sebagai the new trends in scouting.
Terobosan lain yang dilakukan Beliau ialah dengan mendirikan Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada). Hipprada merupakan tempat berhimpun anggota senior Pramuka dengan tujuan terus memupuk dan menumbuhkembangkan semangat dan jiwa kepanduan sepanjang masa.
Wajar, World Organization of Scout Movement (WOSM) menganugerahkan Bronze Wolf Award kepada Beliau atas dedikasinya yang luar biasa bagi pengembangan gerakan kepanduan pada tahun 1973. Bronze Wolf Award merupakan satu-satunya penghargaan tertinggi dalam gerakan kepanduan dunia, dan hanya orang-orang tertentu yang berhak mendapatkannya.
Pada tahun 1973 beliau diangkat sebagai wakil presiden. Pada akhir masa jabatannya pada tahun 1978, beliau menolak untuk dipilih kembali sebagai wakil presiden dengan alasan kesehatan. Namun, ada rumor yang mengatakan bahwa alasan sebenarnya ia mundur adalah karena tak menyukai Presiden Soeharto yang represif seperti pada Peristiwa Malari dan hanyut pada KKN.
Minggu malam pada 1 Oktober 1988 ia wafat di George Washington University Medical Centre, Amerika Serikat dan dimakamkan di pemakaman para sultan Mataram di Imogiri.

Biodata singkat
Nama : GRM Dorojatun (Sri Sultan Hamengkubuwono IX)
Tempat Lahir : Ngampilan Ngasem, Yogyakarta
Hari dan Tanggal Lahir : Sabtu, 12 April 1912
Meninggal : Washington DC, AS, 1 Oktober 1988
Orangtua : Sri Sultan Hamengkubuwono VIII (ayah) dan Raden Ajeng Kustilah (ibu)

Salam pramuka

Sumber :
- Pikiran Rakyat (04/05/2007)
- http://www.tokohindonesia.com
[ Baca Selanjutnya... ]